Mau Dapet Duit? Klik Aja Iklan Ini

DbClix

Kamis, 07 April 2011

Antisipasi Bencana Alam

PENGERTIAN BENCANA ALAM

Bencana alam dalam berbagai bentuknya, datang silih berganti menerjang kita dalam tahun-tahun terakhir ini. Intensitasnya terbilang tinggi kalau dibuatkan pendataan sejak tahun 2004.Terjadi 106 kali bencana banjir pada 2004 dengan frekuensi kejadian 159 kali. Tahun 2005, tercatat 41 kali bencana banjir dengan frekuensi kejadian 42 kali.
Tahun ini baru sampai pada penghujung paro pertama kita terus dikejutkan oleh rangkaian bencana di berbagai daerah. Sebagai bangsa, kita sedang diuji. Ujian yang sedang kita hadapi sekarang ini tak kepalang tanggung beratnya. Begitu beratnya sehingga tak henti-hentinya masyarakat berharap adanya intervensi Tuhan untuk mengurangi penderitaan kita. Sangatlah wajar jika pada akhirnya masyarakat menengadah kepada Sang Pencipta untuk sekadar bertanya, "Mengapa semua penderitaan ini harus diletakkan di pundak kita sebagai bangsa?" Bukan berarti kita cengeng dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Pertanyaan seperti itu relevan, mengingat bencana yang datang silih berganti itu seakan melengkapi penderitaan bangsa ini.
Ingat bahwa ketika gelombang tsunami menerjang Aceh dan Nias, yang kemudian disusul rentetan bencana di daerah lain hingga pekan-pekan terakhir ini, Indonesia masih diselimuti krisis ekonomi yang ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Selain bencana alam, masyarakat juga dibayangi teror wabah penyakit, dari virus flu burung hingga deman berdarah. Belum lagi bencana kelaparan dan musibah kurang gizi yang menimpa anak usia di bawah lima tahun. Kita tidak tahu bencana apa lagi yang akan datang menghadang. Yang pasti, banyak orang merasa cemas, karena ketidakmampuan mendeteksi datangnya bencana.Bagaimana tidak cemas? Ketika masyarakat Jawa Tengah dan Yogya masih diselimuti rasa takut akibat gempa bumi belum lama ini, serta aktivitas Gunung Merapi yang tak jarang menebar ancaman, bencana banjir menyergap masyarakat di sejumlah tempat di Kalimantan dan Sulawesi. Banjir di Balikpapan, Kaltim menyebabkan sejumlah ruas jalan tergenang air setinggi pinggang. Banjir dan tanah longsor di Kecamatan Hampang, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, diperkirakan menelan korban jiwa 26 tewas. Banjir bandang di Sinjai, Sulawesi Selatan, bahkan telah menelan ratusan korban jiwa. Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara serta Gorontalo pun disergap banjir, sementara Poso sempat diguncang gempa. Musibah banjir lumpur panas di Sidoarjo pun harus dilihat sebagai bencana alam yang diakibatkan oleh kecerobohan manusia. Dalam kasus lumpur panas Sidoarjo, masyarakat bisa melihat sendiri bagaimana akibatnya jika manusia ceroboh memperlakukan alam.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang sudah dikembangkan para ilmuwan, manusia memiliki kemampuan untuk mendeteksi kemungkinan datangnya model bencana tertentu. Dengan beragam alat ukur, potensi ledakan sebuah gunung bisa diperkirakan. Begitu juga membaca pergerakan di perut bumi yang sering menimbulkan gempa bumi, baik skala kecil maupun besar. Besar kecilnya curah hujan pun sudah bisa diperkirakan.
Maka, untuk memperkecil ekses bencana terhadap manusia dan nilai kerugian materiil, perlu dicarikan pola untuk menyosialisasikan potensi bencana pada daerah-daerah rawan bencana. Gagasan agar pemerintah membuat peta daerah rawan bencana perlu direspons. Misalnya, kondisi kritis puluhan DAS (daerah aliran sungai) bisa disosialisasikan secara efektif agar mudah dipahami masyarakat. Begitu juga dengan beragam informasi tentang alam hasil kajian atau observasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Perlu dicarikan cara untuk membangkitkan minat masyarakat agar merasa wajib dan berkepentingan untuk tahu tentang ramalan cuaca dan curah hujan dari hari ke hari. Apa yang sudah dilakukan BMG selama ini sudah benar, tetapi perlu dicari formula untuk membangkitkan rasa ingin tahu publik akan kecenderungan cuaca. Dengan munculnya rasa ingin tahu itu, masyarakat diharapkan bisa berinisiatif mengantisipasi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.


Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.




2.2 PENYEBAB TERJADINYA BENCANA ALAM

Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak kita harapkan datangnya. Sebab jika bencana tersebut datang maka akan mampu merusak segala sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan mampu merenggut jiwa manusia. Bencana alam yang mampu menghancurkan suatu daerah yang luas dan menyebabkan kerugian yang besar merupakan proses alami. Terjadinya bencana alam dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.Alam
Bencana alam murni penyebab utamanya adalah alam itu sendiri.Contoh bencana alam murni adalah gempa bumi, tsunami, badai atau letusan gunung berapi. Bencana-bencana tersebut bukan disebabkan oleh ulah negatif manusia.
2.PerbuatanManusia
Bencana alam yang terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Bukan berarti bencana ini dibuat oleh manusia tetapi akibat dari ulah manusia atau dipicu dari perbuatan manusia, seperti penebangan hutan secara liar, penambangan liar, pengambilan air tanah secara berlebihan dan lain-lain. Perbuatanperbuatan tersebut lambat laun akan menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau erosi tanah.


2.3 CARA MENGANTISIPASI BENCANA ALAM

Ada beberapa jenis bencana alam yaitu sebagai berikut :
a.BencanaAlamGeologis
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang bersumber dari bumi.
b.BencanaAlamKlimatologis
Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh cuaca yang berubah.

c.BencanaAlamEkstraterestrial
Bencana alam ekstraterestrial adalah bencana alam yang disebabkan oleh benda dari luar angkasa.

Contoh kejadian bencana alam :
a. Bencana alam geologis
1. Gempa bumi
2. Letusan gunung api
3. Gerakan tanah atau tanah longsor
4. Tsunami
5. Seiche atau tsunami dalam skala kecil
b. Bencana alam klimatologis
1. Banjir
2. Banjir bandang
3. Badai
4. Kekeringan
5. Kebakaran hutan
c. Bencana alam ekstraterestial
Hantaman meteor atau benda dari angkasa luar yang menabrak bumi. Hal ini terjadi pada tahun 1908 di Rusia. Meteor atau bintang beralih jatuh ke bumi dan mengakibatkan lubang.
Ada beberapa cara untuk mengantisipasi bencana alam diantaranya:
a.Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit untuk diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dilihat bahwa gejala alam ini sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Dengan sifat seperti ini, ketika usaha-usaha untuk memperkirakan masih belum menampakkan hasil, maka usaha yang paling baik dalam mempersiapkan diri dengan cara mengatasi bencana alam ini adalah dengan mitigasi.
Mitigasi yaitu mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan oleh bencana. Usaha mitigasi adalah meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam sehingga risikobencana alam dapat dikurangi.Para ahli menyimpulkan walau datangnya gempa tidak dapat diperkirakan kedatangannya tetapi ada beberapa gejala alam yang patut dicermati dan dianggap sebagai tanda akan adanya gempa, sebagai berikut :
1) Adanya awan yang berbentuk aneh seperti batang yang berdiri secara lurus ke atas. Hal ini kemungkinan besar merupakan awan yang disebut awan gempa yang biasanya muncul sebelum terjadinya gempa. Awan berbentuk seperti batang ini terjadi karena adanya gelombang elektromagnetis berkekuatan sangat besar dari dalam perut bumi sehingga menyerap daya listrik yang ada di awan. Gelombang elektromagnetis ini terjadi akibat adanya pergeseran patahan lempeng bumi. Tetapi tidak semua awan yang berbentuk seperti itu adalah awan gempa, mungkin saja itu adalah asap dari pesawat terbang. Jika ada tanda seperti itu maka perlu untuk diwaspadai. Untuk lebih meyakinkan lagi maka dapat dilakukan uji medan elektromagnetik
2) Terdapat medan elektromagnetik di sekitar kita. Gelombang tersebut memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Medan elektromagnetik dapat diuji dengan cara melihat siaran televisi apakah tiba-tiba salurannya terganggu tanpa sebab apapun. Jika kurang yakin, kalian dapat melakukan uji medan elektromagnetik dengan cara lain. Dengan mematikan arus listrik dan melihat apakah lampu neon tetap menyala redup/ remang walaupun sudah tidak dialiri listrik.
3) Perhatikan perilaku hewan-hewan yang ada di sekitar kalian. Apakah hewan-hewan tersebut bertingkah aneh atau gelisah. Sebab hewan memiliki naluri yang sangat tajam dan mampu merasakan gelombang elektromagnetis. Jika kalian melihat tanda-tanda seperti itu secara bersamaan sebaiknya kalian perlu waspada. Harus segera dilakukan tindakan pencegahan dan sebisa mungkin kita melakukan tindakan penyelamatan diri. Tetapi jika gempa telah tiba dan kita sama sekali belum siap, maka selain berdoa dan pasrah kita harus cepat-cepat keluar ruangan menuju ke tempat yang lapang. Jika sudah di luar ruangan tetaplah tinggal di luar dan berusahalah berada di tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan, tembok-tembok serta saluran-saluran kabel listrik. Usahakan jangan masuk kedalam rumah atau bangunan.
Apa yang dapat dilakukan jika berada di dalam gedung dengan banyak orang? Kita tidak perlu panik dan ikut berdesak-desakan keluar. Jika itu yang terjadi maka kita akan terinjak-injak banyak orang dan tertimpa runtuhan bangunan. Sebaiknya yang perlu kita lakukan adalah berlindung di bawah meja atau mebel yang kokoh atau mencari sesuatu yang dapat melindungi kepala dan badan kita dari reruntuhan bangunan. Jika suasana telah tenang dan aman usahakan untuk keluar ruangan dan mencari tempat yang lebih aman lagi.

b.Tsunami
Gempa berkekuatan besar tentu saja ada dampak yang bias berwujud bencana jenis lain. Jika skala gempa besar dan pusat gempa berada di dasar laut maka gempa tersebut dapat menimbulkan gelombang tsunami. Gelombang tsunami adalah gelombang besar yang terbentuk dari dasar laut akibat adanya gempa.Negara Indonesia terdiri atas kepulauan, tentunya banyak sekali pantai-pantai di sekitarnya yang dihuni oleh penduduk. Pada saat gelombang tsunami melanda Indonesia akhir tahun 2004 banyak penduduk yang menjadi korban. Banyaknya korban disebabkan karena banyak penduduk yang kurang paham dan bahkan tidak mengetahui bagaimana usaha yang perlu dilakukan ketika bencana datang. Sebenarnya jika kita mengetahui dan paham tentang tsunami maka jumlah korban dapat dikurangi. Berbagai upaya telah dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi korban jika ada bencana datang. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan membentuk kelompok-kelompok masyakarat yang paham akan bencana alam. Kepekaan dan keterampilan menyelamatkan diri secara individual maupun kelompok harus terus dilatih.
Adapun langkah yang harus ditempuh oleh kelompok masyarakat dalam mengurangi jumlah kerugian akibat bencana sebagai berikut:
1) Melakukan pemetaan daerah rawan genangan tertinggi jika ada tsunami.
2) Membuat jalur evakuasi.
3) Menentukan dan memberi informasi tempat penampungan sementara yang cukup aman.
4) Berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), kepolisian, pemerintah daerah, dan rumah sakit. Selain itu masyarakat juga harus memahami gejala-gejala yang tidak biasa terjadi.
5) Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan tsunami. Jika masih kurang jelas, dapat mendatangkan ahli untuk memberi informasi.
6) Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
7) Membuat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar guna menandakan evakuasi.
8) Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat tinggal masyarakat.

Adapun langkah yang perlu dilakukan tiap individu sebagai berikut.
1) Menyiapkan tas darurat yang berisi keperluan-keperluan mengungsi selama tiga hari seperti makanan, pakaian, suratsurat berharga atau obat-obatan.
2) Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya gempa.
3) Selalu peka terhadap fenomena alam yang tidak biasa. Apabila kita peka sebenarnya alam telah memberikan tanda-tanda sebelum terjadinya tsunami.

Beberapa petunjuk yang diberikan alam antara lain berikut ini.
1) Adanya suara gemuruh di laut, hal ini akibat adanya pergeseran lapisan tanah.
2) Laut tiba-tiba menyurut sampai agak jauh ke tengah.
3) Karena surutnya laut maka akan tercium bau khas laut seperti bau amis.
4) Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi menuju daratan.

Dunia internasional juga ikut berperan serta dalam upaya menghadapi bencana alam tsunami. Tsunami paling sering terjadi di Samudra Pasifik karena gempa bumi dan letusan gunung berapi sering terjadi di sana. Pusat Peringatan Tsunami Internasional (International Tsunami Warning Center) didirikan di Hawaii untuk memantau terjadinya gempa bumi di sekitar Samudra Pasifik dan mengeluarkan peringatan kapan tsunami akan terjadi. Ketika gempa bumi besar terjadi, stasiun pengamatan di sekitar Samudra Pasifik menemukan pusat gempa (episentrum) dan mengirimkan informasi yang diperoleh kepusat peringatan di Hawaii. Jika gempa bumi dianggap cukup besar dan dapat menimbulkan tsunami, maka tempat-tempat disekitar Samudra Pasifik dalam status waspada dan peringatan dikeluarkan. Stasiun pasang di sekitar pantai juga memantau kedatangan tsunami.

c.Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20° umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor.
Secara garis besar faktor penyebab tanah longsor sebagai berikut:
1. Faktor alam
a) Kondisi geologi antara lain batuan lapuk, kemiringan lapisan tanah, gempa bumi dan letusan gunung api.
b) Iklim yaitu pada saat curah hujan tinggi.
c) Keadaan topografi yaitu lereng yang curam.

2. Faktor manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah di daerah lereng.
c) Penebangan hutan secara liar di daerah lereng.
d) Budidaya kolam ikan di atas lereng.
e) Sistem drainase di daerah lereng yang tidak baik.
f) Pemompaan dan pengeringan air tanah yang menyebabkan turunnya level air tanah.
g)Pembebanan berlebihan dari bangunan di kawasan perbukitan.

Usaha mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalkan akibat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Tahap awal atau tahap preventif .
Tahap awal dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi daerah rawan dan melakukan pemetaan.
b) Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa tanah longsor.
c) Pemantauan daerah rawan longsor.
d) Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana.
e) Menghindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal.
f) Menghindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.
g) Menghindari membuat sawah baru dan kolam pada lereng yang terjang karena air yang digunakan akan memengaruhi sifat fisik lereng. Lereng menjadi lembek dan gembur sehingga tanah mudah bergerak.
h) Menyebarluaskan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media sehingga masyarakat mengetahui.

2. Tahapbencana
Usaha yang perlu dilakukan ketika suatu daerah terkena bencana tanah longsor antara lain berikut ini:
a) Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah.
b) Pembentukan pusat pengendalian atau crisis center.
c) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
d) Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih.
e) Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.
f) Evaluasi, konsultasi, dan penyuluhan.

3. Tahap pasca bencana
Setelah bencana tanah longsor terjadi, bukan berarti permasalahan selesai, tetapi masih ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah kerugian, yaitu:
a) Mengupayakan mengembalikan fungsi hutan lindung seperti sediakala.
b) Mengevaluasi dan memperketat studi Amdal pada kawasan vital yang berpotensi menyebabkan bencana.
c) Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, dan di sepanjang bantaran sungai.
d) Normalisasi area penyebab bencana.
e) Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena bencana alam secara permanen.
f) Menyelenggarakan forum kerja sama antardaerah dalam penanggulangan bencana.

Ada tiga tanda untuk memantau kemungkinan terjadinya tanah longsor yaitu:
1) Keretakan pada tanah yang berbentuk konsentris (terpusat) seperti lingkaran atau paralel dan lebarnya beberapa sentimeter dengan panjang beberapa meter. Bentuk retakan dan ukurannya yang semakin lebar merupakan parameter ukur umum semakin dekatnya waktu longsor.
2) Penampakan runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.

3) Kejadian longsor di satu tempat menjadi pertanda kawasan tanah longsor lebih luas lagi.

d. Gunung Berapi
Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk bagi kehidupan sekitar baik manusia, tumbuhan, maupun hewan. Jika gunung berapi meletus maka magma yang ada di dalam gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain dari aliran lahar, dampak lain akibat gunung berapi meletus antara lain adanya aliran lumpur, hujan debu, kebakaran hutan, gas beracun, gelombang tsunami (jika gunung tersebut berada di dasar laut), dan gempa bumi.Usaha mitigasi untuk bencana alam gunung berapi adalah dengan cara mengevakuasi penduduk yang ada di sekitar gunung berapi. Terkadang usaha evakuasi ini menghadapi suatu dilema, misalnya ketika para ahli vulkanologi harus mengambil keputusan apakah gunung berapi yang dipantaunya akan meletus atau tidak. Jika gejala awal letusan gunung berapi begitu meyakinkan maka para ahli vulkanologi memutuskan untuk segera menginformasikan pada aparat pemerintah daerah untuk mengungsikan penduduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar